Terbaru

Besar atau Kecil, Usaha Masa Kini Wajib Hadir Secara Digital











Sebagian besar orang Surabaya pasti pernah mendengar nama es krim Zangrandi. Bukan hanya karena lokasinya yang memang berada di pusat Kota Pahlawan, tapi juga status legendaris dari es krim Zangrandi yang membuatnya sangat populer (tokonya pertama buka pada tahun 1930).

Mungkin orang mengira bahwa dengan posisinya itu Zangrandi tak perlu lagi repot-repot memperkenalkan diri di ranah digital. Sebab sudah pasti banyak mengulas tentang sejarah dan menunya di internet maupun media sosial. Rupanya justru sebaliknya.

1. Internet membantu memperluas pasar Zangrandi tak hanya untuk kalangan orang tua
IDN Times/Rosa Folia

Es krim Zangrandi pertama kali didirikan oleh warga negara Italia bernama Roberto Zangrandi. Setelah kembali ke Italia, toko dan resep es krimnya dibeli oleh Adi Tanumulia. Kini, penerusnya adalah sang cucu yang bernama Felix Tanumulia.

Felix mengaku bahwa selama bertahun-tahun konsumen yang datang ke tempatnya adalah orang-orang tua. Mereka adalah konsumen setia Zangrandi. Pada suatu titik, Felix merasa Zangrandi harus bisa juga merangkul pasar yang lebih luas.

"Dulu itu yang datang ya loyal customers. Sudah tua-tua dan berkeluarga. Lalu, mereka pasti dari Surabaya. Nah, kita mulai ingin merambah pasar anak muda dan yang dari luar Surabaya," ujarnya saat ditemui IDN Times pada Kamis (30/8).

Salah satu caranya adalah memperbaiki dan memperbarui informasi di mesin pencarian sejuta umat manusia seperti Google. "Zangrandi mulai bergabung dengan Google Bisnisku pada 2014. Sejak saat itu perlahan-lahan semakin banyak anak muda, millennials, ke sini. Bahkan, yang dari luar Jawa Timur juga."

"Turis asing pun mampir karena Zangrandi sudah jadi salah satu tujuan wisata kuliner di Surabaya," tutur Felix. Ia juga menambahkan bahwa dengan bantuan foto-foto yang diunggah konsumen serta ulasan dari mereka, tingkat kepercayaan pun meningkat. "Pendapatan juga jadi bertambah sebanyak 10 sampai 20 persen."




2. Usaha mikro dan kecil lebih membutuhkan kehadiran secara digital agar dikenal



Jika Zangrandi membutuhkan bantuan teknologi untuk merambah pasar anak muda dan konsumen dari luar Surabaya, Koleksikikie justru menggunakannya agar orang-orang mengenal usahanya. Koleksikikie adalah usaha kecil di kawasan Rungkut yang bergerak di bidang aksesoris seperti gelang, kalung serta bros jilbab.

Pemiliknya, Riski Hapsari atau Kikie, mengaku sebelum merambah dunia digital secara total seperti sekarang, ia hanya menjual produknya dari mulut ke mulut. Pernah juga ia membuat blog dengan memanfaatkan layanan gratis Multiply. "Tapi lalu Multiply kan tutup," ucapnya.




Baru kemudian ia melakukan langkah yang sama dengan Zangrandi yaitu bergabung dengan Google Bisnisku pada 2015. Ia pertama kali mengetahui pentingnya informasi usaha di mesin pencarian tersebut dari putranya, Dimas, yang waktu itu berusia 10 tahun.

Menurut Kikie, hasilnya bagus untuk usahanya. "Sekarang semakin banyak yang minta ikut pelatihan membuat aksesoris. Bahannya beli di sini, nanti diajarin cara bikinnya," kata dia. Manfaat lainnya adalah Kikie juga jadi tahu siapa saja dan dari mana saja pelanggan yang mencarinya di internet.


"Pakai analytics dari Google itu jadi saya tahu ternyata pelanggan paling banyak dari Jakarta dan Jawa Barat," tambahnya. Lalu, dengan punya profil di mesin pencarian tersebut, Kikie pernah diajak pameran di Karachi oleh Konsulat Jenderal Pakistan. "Dipilih yang memang siap secara online. Kalau gak, nanti misalnya ada orang sana mau beli kan bingung gimana pesannya."

3. Pengusaha UMKM pun bisa membagikan ilmu pengetahuan soal pemasaran digital kepada yang lain
IDN Times/Rosa Folia

Sementara itu, bagi Prisa Kandora, merasakan keuntungan dari pemasaran digital memang menyenangkan. Akhirnya, ia membagikan apa yang dikuasainya tentang seluk beluk internet bagi UMKM kepada rekan-rekannya sesama pengusaha.

Prisa, pemilik toko pakaian muslimah dan perlengkapan ibadah perempuan Fifta Collection, menjadi fasilitator dari program pelatihan pemasaran digital milik Google yaitu Gapura Digital dan womenwill. "Saya kapan hari baru saja memberi pelatihan di Maumere," kata perempuan berjilbab ini sambil tersenyum.

Fifta Collection sendiri bermula dari toko fisik di Royal Plaza dan baru menggunakan Google Bisnisku pada 2017. Bukan sekadar menggantungkan kepada mesin pencarian, Prisa juga memiliki situs usahanya sendiri. Untuk semakin membuat Fifta Collection mudah ditemukan warganet, ia pun belajar tentang SEO dan SEM.

"Jadi, saya juga mengandalkan SEO dengan menulis artikel-artikel di situs dengan kata kunci-kata kunci yang paling dicari di Google," ucapnya. Semakin bagus SEO sebuah konten, maka semakin besar kemungkinannya untuk muncul di halaman pertama mesin pencarian.

Namun, ada tips lain juga yang ia bagikan kepada pengusaha UMKM mengenai situs berdagang. "Dulu bagian depan situs Fifta Collection itu bagus pokoknya, bisa gerak-gerak. Belakangan saya baru tahu itu gak lolos Test My Site karena butuh 12 detik untuk situsnya bisa benar-benar muncul."

Test My Site sendiri bisa digunakan untuk mengecek seberapa cepat akses masuk ke sebuah situs. "Saya baru tahu kalau lebih dari empat detik situs itu gak muncul, calon pelanggan malas lalu kabur," tambahnya. Semua informasi ini adalah bagian dari apa yang ia tularkan kepada pengusaha-pengusaha UMKM lainnya.

Jadi, sudah online kah bisnismu?

YOUNG CORPORATIOS @ Support By Templateism.com Copyright © 2020

  • ycorp_
  • YNGcrps
Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.